Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Teh Ayu
● online
Teh Neng
● online
Teh Ayu
● online
Halo, perkenalkan saya Teh Ayu
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Beranda » Blog » Perlawanan Senyap Anak Madura

Perlawanan Senyap Anak Madura

Diposting pada 1 Mei 2024 oleh manggustore / Dilihat: 136 kali / Kategori:

Di Madura, fenomena grafiti bagaikan hantu yang bergentayangan. Papan nama dan tembok pembatas kota yang semula terlihat rapi secara pemandangan mata, tiba-tiba keesokan harinya telah tergrafitikan.

Di batas kota Sampang, misalnya, terdapat grafiti binatang sekangan hidup. Grafiti ini tepat berada di pintu masuk pelabuhan Sampang. Di sanalah, pusat keramaian dua daerah, karena penghubung penduduk pulai Kambing, pulai terluar kota Sampang, dan kehidupan orang-orang daratan. Sehingga, grafiti di area pelabuhan tersebut cepat menyita perhatian orang-orang yang lewat di sana.

Salah satu karakter dominan orang Madura adalah religius. Hampir 99% penduduk Madura beragama Islam. Pembawaan berkeagamaannya menjadikan orang Madura cenderung bersikap pasrah (Rifai, 2007: 232). Maka, tidak heran grafiti yang ada di salah satu sudut kota Sampang beririsan dengan pemilihan diksi yang berunsur Islami. Sebab, para orang tua Madura telah terbiasa melantunkan kidung Islami bagi anak-anaknya:

Maddha tedung ana’na embu’
Bhental syahadat, sapo’ iman
Pajuang Allah, sandhing Nabbhi

Terjemahan Indonesianya:

Marilah tidur anaknya ibu
Berbantal Syahadat, berselimut iman
Berpayung Allah, bersama Nabi

Tetapi, anak muda Madura tidak demikian halnya. Anak muda yang jengah dengan gerakan politisasi agama yang berujung pada lenyapnya kreativitas dan intuisi seni, mengugah mereka membuat gerakan grafiti. Salah satu kasus yang berakibat fatal bagi kebijakan politik Gerbang Salam, sehingga mendorong anak muda melawan balik, adalah dibubarkannya kegiatan ulang tahun sekelompok anak muda di salah satu restoran milik pengusaha Cina. Sekelompok ormas Islam tertentu, dengan menggunakan penutup wajah, berseragam serba putih, lehernya dililit kain hijau, membawa bendera bertuliskan arab, masuk ke dalam restoran. 

BACA JUGA:

Karakter Orang Madura

Anak-anak muda yang berani tidak terima kedatangan mereka yang secara kasar merusak acara yang rutin dilakukan anak-anak muda kota itu. Para pasukan berjubah atas dalih agama berusaha membubarkan acara. Beberapa anak muda yang melayangkan protes terhadap gerakan politik mereka tiba-tiba dihantam dan darahnya bercucur deras di pelipis matanya. Selang beberapa hari, pasca peristiwa berdarah itu, sejumlah papan nama yang sengaja dipasang di pintu masuk kota telah ditindih oleh grafiti-grafiti “Hip-Hop”dan “Bibir Dracula.”

Macdonald (2001:156-158) mengatakan bahwa grafiti merupakan identitas dari masyarakat rahasia yang melukiskan batas-batas mereka melalui gambar, coretan, nama, dan simbol tertentu di ruang-ruang publik sebagai bentuk kekecewaan terhadap elit politik yang tidak adil di masyarakat.

Melalui grafiti ini sebenarnya tertanam suatu solidaritas yang senyap. Yakni, suara perlawanan di ujung ‘dunia lain’, oleh kelompok anak muda yang selama ini dibungkam dan terbungkam oleh berbagai kekuatan sosial dan politik yang mendominasi berbagai aspek kehidupan mereka (Macdonald, 2001:160)

Tulisan diatas diambil dari buku Karakter Orang Madura: Pergulatan Budaya Lokal, Global, dan Subkultural. Karangan anak Madura Asli yang bernama Ardhie Raditya. Buku setebal 236 halaman tersebut diterbitkan oleh Penerbit Manggu Makmur Tanjung Lestari.

 

 

Tags: , ,

Bagikan ke

Perlawanan Senyap Anak Madura

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Perlawanan Senyap Anak Madura

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Periksa
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: