Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Teh Ayu
● online
Teh Neng
● online
Teh Ayu
● online
Halo, perkenalkan saya Teh Ayu
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Beranda » Blog » Kerajaan-Kerajaan Melayu

Kerajaan-Kerajaan Melayu

Diposting pada 5 Desember 2023 oleh manggustore / Dilihat: 1.499 kali / Kategori:

MANGGUSTORE.COM – Berbicara tentang kerajaan, pasti berhubungan dengan sebuah wilayah. Indonesia pada zaman dahulu memiliki banyak kerajaan yang menguasai antar wilayah. Masa kerajaan di Indonesia berdiri antara abad ke-4 hingga abad ke-16 di berbagai wilayah Nusantara. mayoritas dari kerajaan tersebut memiliki corak agama Hindu-Budha. Sebelum masuknya Islam ke masyarakat Melayu, terdapat sebuah kerajaan yang berdiri di daerah Melayu, di antaranya:

Kerajaan Kandis

Kerajaan Kadis berada di Koto Alang, masuk wilayah Lubuk Jambi, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Dalam kitab Negarakertaggama, ditemukan tentang nama Kandis, yang disebut sebagai salah satu wilayah taklukan Kerajaan Majapahit. Kerajaan ini diduga terbentuk pada abad ke-1 SM. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa pendiri kerjaan Kandis adalah keturunan Alexander Agung dari Makedonia yang bernama Maharaja Diraja.

Maharaja Diraja kemudian memiliki anak bernama Darmaswara, dengan gelar Datuk Rajo Tunggal. Datuk Rajo Tunggal kemudian menikah dengan wanita yang bernama Bunda Pertiwi dan meneruskan kepemimpinan Kerajaan Kandis setelah ayahnya meninggal. Datuk Rajo Tunggal memenuhi kebutuhan ekonomi rakyatnya pada saat Ia memimpin. Hasil hutan dan hasil bumi Kandis diperdagangkan ke Semenanjung Melayu oleh Mentri Perdagangan Bandaro Hitam dengan memakai ojung atau kapal kayu. Sebab itulah Kerajaan Kandis di bawah kepemimpinan Datuk Rajo dapat memenuhi ekonomi, dan termasuk kejayaan kerjaan Kandis (Lukman Hadi Subroto, 2022)

Nusantara Zaman Peradaban Islam A

Pemaparan peristiwa sejarah dalam buku ini dibuat berdasarkan urutan kronologis, juga memuat sebab-akibat atau kausalitas setiap peristiwa, sederhananya “kenapa peristiwa tersebut terjadi? Dan apa akibatnya?” menjadi kekhasan buku ini bila dibandingkan dengan buku sejenis. Kronologis dan kausalitas setiap peristiwa sejarah yang dijabarkan dalam buku ini juga bertujuan untuk mengajak pembaca melakukan interpretasi, menghubungkan dengan peristiwa hari ini dan memprediksi peristiwa yang akan terjadi dimasa yang akan datang, sampai pada mencari atau memetakan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa.

BELI BUKU INI

Kerajaan Melayu

Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara Kerajaan Sriwijaya dan Kedah. Para ahli sejarah sepakat bahwa pusat Kerajaan ini berada di hulu Sungai Batang Hari, Jambi. Kata Malayu sendiri berasal dari kata Malaya yang dalam bahasa Sanskerta berarti bukit. Oleh karena itu, beberapa ahli berpendapat bahwa pelabuhan Melayu terletak di Kota Jambi, tetapi istananya berada di daerah pedalaman yang berbukit. Prasasti Tanjore yang dikeluarkan oleh Rajendra Chola I menyebutkan bahwa ibu kota Kerajaan Melayu dilindungi oleh benteng-benteng dan terletak di atas bukit.

Dari berita T’ang-Hui-Yao yang disusun oleh Wang p’u, Kerajaan Melayu pertama kalinya mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 645 Masehi. Pada awalnya, Kerajaan ini memiliki kendali atas perdagangan di Selat Malaka. Namun, setelah munculnya Kerajaan Sriwijaya pada sekitar 670 Masehi, Melayu tidak lagi mengirimkan utusannya ke Tiongkok. Hal ini dikarenakan, pada 685 Masehi Kerajaan Melayu telah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Nama Kerajaan Melayu kemudian muncul di kitab pararaton pada 1275 Masehi, saat Raja Kertanegara dari Singasari mengirim tentaranya ke Melayu. Pengiriman utusan yang dikenal dengan ekspedisi pamalayu. Eskpedisi pamalayu ini bertujuan untuk menaklukkan Kerajaan Melayu, sebagai salah satu langkah perluasan wilayah Singasari (Widya Lestari Ningsih, 2021).

Jauh sebelum Indonesia resmi merdeka para masyarakat kuno nusantara telah mengenal sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan. Kerajaan di Nusantara didirikan oleh para pedagang dari negri tetanga dan negri lainya seperti China, India, dan Arab. Indonesia yang saat itu menjadi jalur strategis pelayaran menjadi salah satu faktor para pedagang masuknya aliran Hidu-Budha yang dibawa oleh pedagang dari Cihna yang menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan di Indonesia.Salah satu kerajaan Hindu Budha di Indonesia yang pertama kali berdiri adalah kerajaan Kutai. Kerajaan ini menjadi salah satu pelopor atau cikal bakal perkembangan sejarah kerajaan Hindu Budha di Indonesia. Kerajaan Hindu Budha terakhir yang berdiri di wilayah Nusantara adalah Kerajaan Majapahit.

Jauh sebelum Indonesia resmi merdeka para masyarakat kuno nusantara telah mengenal sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan. Kerajaan di Nusantara didirikan oleh para pedagang dari negri tetanga dan negri lainya seperti China, India, dan Arab. Indonesia yang saat itu menjadi jalur strategis pelayaran menjadi salah satu faktor para pedagang masuknya aliran Hidu-Budha yang dibawa oleh pedagang dari Cihna yang menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan di Indonesia. Salah satu kerajaan Hindu Budha di Indonesia yang pertama kali berdiri adalah kerajaan Kutai. Kerajaan ini menjadi salah satu pelopor atau cikal bakal perkembangan sejarah kerajaan Hindu Budha di Indonesia. Kerajaan Hindu Budha terakhir yang berdiri di wilayah Nusantara adalah Kerajaan Majapahit.

BELI BUKU INI

Kerajaan Dharmasraya

Kerajaan Dharmasraya adalah nama sebuah Kerajaan periode kedua atas Kerajaan Malayu di Pulau Sumatra, atau disebut pula Melayu Muda. Kemunculan Kerajaan periode kedua ini, bersamaan dengan surutnya keadidayaan Kerajaan Sriwijaya, pascaserangan Raja Chola I dari Koromandel tahun 1025. Salah satu pemerintahan yang turut mengisi sejarah Kerajaan-Kerajaan Melayu ini, bahkan pernah menjalin kerja sama dengan leluhur Majapahit dari Jawa.

Dharmasraya menjadi nama dari sebuah kota besar untuk pusat Kerajaan Melayu yang berada di Provinsi Sumatra Barat pada abad ke-13. Pada masa kini, Dharmasraya adalah daerah baru hasil pemekaran Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung. Sementara itu, lokasi bekas pusat Kerajaannya berada di Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatra Barat. Daerah ini, berbatasan dengan Provinsi Jambi, dan berada di pinggir Sungai Batanghari. Dharmasraya diyakini merupakan lanjutan dari Kerajaan Malayu yang eksis sezaman dengan Kerajaan Sriwijaya. Seiring kehancuran Sriwijaya, pusat Kerajaan kemudian dipindahkan ke Dharmasraya melalui Sungai Batanghari. (Miftachul Arifin, 2018).

Yang menjadi khas berasal dari Melayu adalah, sebutan saudara di dalam kelarga. Anak pertama di dalam keluarga Melayu dipanggil long atau sulug, anak ke-2 ngah/ongah, di bawahnya dipanggil cik, dan bungsu dipanggil cu/ucu. Panggilan tersebut biasanya diikuti dengan menyebutkan ciri fisik seseorang yang bersangkutan, contoh cu itam, yang berarti anak bungsu yang hitam.

Yang menjadi khas berasal dari Melayu adalah, sebutan saudara di dalam kelarga. Anak pertama di dalam keluarga Melayu dipanggil long atau sulug, anak ke-2 ngah/ongah, di bawahnya dipanggil cik, dan bungsu dipanggil cu/ucu. Panggilan tersebut biasanya diikuti dengan menyebutkan ciri fisik seseorang yang bersangkutan, contoh cu itam, yang berarti anak bungsu yang hitam.

BACA SELENGKAPNYA

Daftar Pustaka

Arifin, Miftachul. 2018. “Kerajaan Dharmasraya.” Dikutip dari https://www.selasar.com/Kerajaan/dharmasraya/. Pada 27 Juni 2023.

Ningsih, Widya Lestari. 2021. “Kerajaan Melayu: Letak, Raja-raja, dan Ekspedisi Pamalayu.” Dikutip dari https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/17/121050679/Kerajaan-melayu-letak-raja-raja-dan-ekspedisi-pamalayu. Pada 27 Juni 2023.

Subroto, Hadi Lukman. 2022. “Sejarah Kerajaan Kandis: Masa Kejayaan dan Kehidupan Ekonomi.” Dikutip dari https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/27/110000579/kerajaan-kandis-sejarah-masa-kejayaan-dan-kehidupan-ekonomi. Pada 27 Juni 2023

Etnografi Suku Bangsa Minangkabau

Salah satu keunikan suku Minangkabau yang sering dikaitkan dengan adat istiadat mereka adalah sistem matriarki yang dikenal dengan nama “Adat Perpatih”. Adat ini menempatkan perempuan sebagai pusat keluarga dan pewaris harta kekayaan, sementara laki-laki lebih banyak berperan sebagai penjaga warisan adat dan pengurus rumah tangga. Melalui etnografi, kita dapat memahami lebih dalam sistem adat Perpatih dan keberlanjutan budaya ini di tengah perkembangan zaman.

BACA DI SINI

Tags: , , ,

Bagikan ke

Kerajaan-Kerajaan Melayu

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Kerajaan-Kerajaan Melayu

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Periksa
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: