Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Teh Ayu
● online
Teh Neng
● online
Teh Ayu
● online
Halo, perkenalkan saya Teh Ayu
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Beranda » Blog » Konflik 3 Kerajaan Wangsa Mataram

Konflik 3 Kerajaan Wangsa Mataram

Diposting pada 5 Mei 2024 oleh manggustore / Dilihat: 135 kali / Kategori:

Konflik antara Mangkubumi dengan Pakubuwono III dan VOC telah diselesaikan melalui Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755 dengan hasil memecah wilayah Mataram menjadi dua yaitu Yogyakarta di bawah kekuasaan Mangkubumi yang bergelar Hamengkubuwono I dan wilayah Surakarta yang dikuasai Pakubuwono III.

Begitupula konflik antara Pakubuwono III, VOC, dan Mangkubumi dengan Raden Mas Said juga telah diakhir dengan Perjanjian Salatiga 17 Maret 1757 dengan penyerahan 4000 karya tanah Yogyakarta maupun Surakarta dengan berdirinya Kepangeranan/Kadipaten Mangkunegaran dengan Mas Said sebagai penguasanya bergelar Arya Mangkunegara I. Akan tetapi, hubungan antara ketiga kerajaan tersebut sering memanas dan berujung konflik. 

Konflik yang terjadi di masing-masing perbatasan kerajaan tersebut seringkali memperkeruh hubungan dan mengundang VOC untuk campur tangan sebagai penengah dengan politik veerdel en heers. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, wilayah ketiga kerajaan tersebut pasca Perjanjian Giyanti dan Salatiga tidak didasarkan pada kenampakan alam yang jelas.

Nusantara Zaman Peradaban Islam

Nusantara Zaman Peradaban Islam

Hubungan darah dan kedekatan politiklah yang menjadi dasar penentuan wilayah, sehingga banyak wilayah batas kerajaan tumpang tindih dengan kerajaan lain. Meskipun konflik tersebut dapat diatasi dengan Perjanjian Semarang pada Semarang 1774, konflik perbatasan masih sering terjadi puncaknya adalah Pemberontakan Raden Ronggo Prawirodirjo di Madiun yang salah satunya disebabkan oleh konflik perbatasan Madiun yang merupakan wilayah Yogyakarta dengan Ponorogo yang merupakan wilayah Surakarta seperti di Sakedok dan Ngebel.

Konflik ketiga kerajaan trah Mataram ini juga didasari oleh beberapa tindakan penguasa. Pada masa Sultan Hamengkubuwono
I berkuasa, pernah ada usaha untuk menyatukan Surakarta dan Yogyakarta melalui jalur pernikahan, Raden Mas Sundoro yang dikhitankan pada 1759 akan dijodohkan dengan putri dari Pakubuwono III.

Mendengar kabar tersebut Nicholas Hartingh kemudian menganjurkan Sunan Pakubuwono III untuk menikahkan putrinya dengan anak Adipati Madura, mengingat hubungan Surakarta dengan Madura belum membaik. Saran dari Hartingh tersebut sebenarnya bertujuan agar Mataram tidak bisa bersatu dalam satu dinasti kembali.

Lain halnya dengan Mangkunegara I yang pernah menikah dengan GKR Bendara yang merupakan anak Hamengkubuwono I yang meminta cerai karena ia merasa disakiti oleh Mangkunegara I. Pada saat Sultan Hamengkubuwono I, BRM Sundoro, dan GKR Bendoro sedang berkunjung ke Surakarta untuk melamar anak Pakubuwono III, Mangkunegara I menghina Sundoro dan Bendoro.  Hinaan tersebut terdengar oleh Hamengkubuwono I dan ia berniat untuk menyerang Mangkunegaran, akan tetapi niat tersebut diurungkan.

Buntut dari kisah cinta tersebut, dendam antara Mangkunegaran dengan Yogyakarta terus memuncak. Di samping itu, politik pelarian warga Kadipaten Mangkunegaran ke wilayah Yogyakarta. Pihak Kesultanan Yogyakarta mengatakan bahwa warga Mangkunegaran yang lari ke wilayahnya untuk mencari perlindungan dari kekerasan pihak kadipaten, sebaliknya Mangkunegaran menuduh Kesultanan menghasut warganya untuk berpindah ke wilayahnya.

BACA JUGA

3 Kerajaan di Pulau Jawa

Puncak dari konflik ini adalah keikutsertaan Pangeran Prangwedana dan pasukan Mangkunegaran dalam penyerangan Keraton Yogyakarta tahun 1812 yang turut merampok kekayaan keraton dan membunuh Senapati Yogyakarta, Tumenggung Sumodiningrat. 

Selain konflik dengan Mangkunegaran, Yogyakarta juga mempunyai hubungan yang kurang harmonis dengan Kasunanan Surakarta. Setelah Sunan Pakubuwono III mangkat, anak sulungnya bernama BRM Subadya diangkat menjadi Susuhunan Pakubuwono IV pada 28 Desember 1788 M, 4 tahun sebelum BRM Sundoro diangkat menjadi Hamengkubuwono II.

Dia adalah seorang raja muda yang sangat anti terhadap penjajah. Sedari muda dia hidup di lingkungan santri dan mistik di Pesantren Tegalsari Ponorogo, sebuah pesantren yang menjadi tempat para bangsawan Surakarta untuk belajar agama. Ia bertekad agar dirinya bisa menjadi pemimpin tidak saja dibidang politik tetapi juga bidang agama. 

Subadya muda sudah menyadari bahwa asal mula kemerosotan rakyat Jawa ialah karena penjajahan orang Eropa, sehingga Eropa yang kafir harus diusir dengan Perang Suci. Karena prinsip tersebut, Pakubuwono IV segera mengganti para penasihat kerajaan dengan para santri teman dekatnya sewaktu mondok di Tegalsari diantaranya Raden Santri dan Brahman.

Pada Juli 1789, Pakubuwono IV mengumumkan kepada seluruh bangsawan Surakarta agar bersiap untuk melancarkan Perang Sabil melawan VOC. Mendengar kabar tersebut residen VOC di Surakarta segera melobi bantuan dari Mangkunegaran dan Yogyakarta. Adipati Mangkunegara I bersedia membantu VOC, begitupun Sultan Hamengkubuwono I yang mengirimkan Notokusuma, Ngabehi, dan Sundoro untuk membantu VOC.

Pasukan Yogyakarta kemudian bergerak dari keraton menuju Delanggu, Laweyan, kemudian Mangkuyudan. Pasukan gabungan telah berhasil mengepung Keraton Surakarta pada 22 Agustus – 17 November 1790 dan Sunan Pakubuwono IV menyerah dengan memberikan 7 penasihat-penasihat santrinya kepada VOC pada 26 November 1790 dan selanjutnya mereka dibuang ke Cylon.

Mengetahui keterlibatan Yogyakarta dalam menggagalkan usahanya untuk melawan VOC, Sunan Pakubuwono IV menaruh benci, khususnya kepada BRM Sundoro yang dimungkinkan akan bertahta sebagai Hamengkubuwono II. Menurutnya, Sundoro adalah saingan yang bisa menggagalkan usahanya untuk menyatukan wilayah Mataram yang telah terpecah.

Geger Sepehi

Sumber: Rizky Budi Prasetya Sulton, GEGER SEPEHI DAN PENGARUH INGGRIS DI KESULTANAN YOGYAKARTA 1812-1816 M, Penerbit Manggu: Bandung. Hal 29-32.

Tags: , , , , , , ,

Bagikan ke

Konflik 3 Kerajaan Wangsa Mataram

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Konflik 3 Kerajaan Wangsa Mataram

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Periksa
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: